Kamis, 22 Oktober 2009

Kultur Jaringan Daun Gloxinia

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan yang membelah diri secara terus menerus. Penelitian pembentukan kalus pada jaringan terluka pertama kali dilakukan oleh Sinnott pada tahun 1960. Pembentukan kalus pada jaringan luka dipacu oleh zat pengatur tumbuh auxin dan sitokinin endogen (Dodds & Roberts, 1983). Sel-sel penyusun kalus berupa sel parenkim yang mempunyai ikatan yang renggang dengan sel-sel lain. Dalam kultur jaringan, kalus dapat dihasilkan dari potongan organ yang telah steril, di dalam media yang mengandung auksin dan kadang-kadang juga sitokinin. Organ tersebut dapat berupa kambium vaskular, parenkim cadangan makanan, perisikle, kotiledon, mesofil daun dan jaringan provaskular. Kalus mempunyai pertumbuhan yang abnormal dan berpotensi untuk berkembang menjadi akar, tunas dan embrioid yang nantinya akan dapat membentuk plantlet.
Pada umumnya untuk eksplan yang mempunyai kambium tidak perlu penambahan ZPT untuk menginduksi terbentuknya kalus karena secara alamiah pada jaringan berbambium yang mengalami luka akan tumbuh kalus untuk menutupi luka yang terbuka. Namun pada kasus lain, menurut Kordan (1959 dalam Dodds & Robert, 1983) keberadaan kambium di dalam eksplan tertentu dapat menghambat pertumbuhan kalus bila tanpa penambahan zat pengatur tumbuh eksogen. Penambahan ZPT tersebut dapat satu macam atau lebih tergantung dari jenis eksplan yang digunakan. Pembelahan sel di dalam eksplan dapat terjadi tergantung dari ZPT yang digunakan, seperti: 1) auxin; 2) sitokinin; 3) auxin dan sitokinin dan 4) ekstrak senyawa organik komplek alamiah.

Sel-sel yang heterogen dari jaringan yang komplek menunjukkan pertumbuhan yang berbeda. Dengan mengubah komposisi media, terjadi seleksi sel-sel yang mempunyai sifat khusus. Hal ini berarti bahwa media tumbuh menentukan komposisi kalus. Sel yang jumlahnya paling banyak merupakan sel-sel yang paling cepat membelah dan sel yang paling sedikit adalah sel yang paling lambat pertumbuhannya. Media seleksi dapat berdasarkan unsur-unsur hara atau zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam media.

B. Tujuan
Mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap
organogenesis jaringan daun Gloxinia

BAB II METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Waktu pelakanaan praktikum kultur gloxiniapada hari/tanggal kamis 23 Oktober 2008 pukul 08.00-14.20. Tempat pelaksanaan praktikum ini adalah di laboratorium kultur jaringan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Pertanian Cianjur.

B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Laminar air flow
b. Alat diseksi
c. Cawan petri
d. Lampu bunsen

2. Bahan
a. Biakan in vitro Gloxinia
b. Kertas saring steril
c. Media regenerasi
1) MS
2) MS + 0.5 mg/l NAA
3)

C. Prosedur Kerja
1. Di dalam laminar flow, ambil plantlet Gloxinia dengan menggunakan pinset. Simpan diatas cawan petri steril, kemudian pisahkan bagian daunnya.
2. Buat potongan daun dengan ukuran ± 5 x 5 mm.
3. Pindahkan/tanam eksplan tersebut pada botol kultur yang berisi media regenerasi yang sudah disiapkan. Setiap botol kultur berisi 4 potongan eksplan.
4. Tutup botol dengan rapat dan simpan diruang inkubasi dalam keadaan bercahaya.
5. Amati perkembangannya setiap minggu, selama 4-6 minggu

1 komentar: