Kamis, 22 Oktober 2009

Kultur Jaringan Tanaman Suren

A. Diskripsi dan Karakteristik Suren (Toona sinensis Merr.)

Suren termasuk dalam famili Meliaceae, Ordo Sapindales, Klas Magnoliopsida, Divisi Magnoliophyta. Sesuai dengan lokasi pertumbuhannya, suren mempunyai beberapa nama daerah diantaranya adalah redani, soren, suren, suren beureum, suren jawa, suren keeling, suren leuweung (Jawa); baneh porah, ingu, ingul bunga, lemperah, serian, surian, surian abang, surian bungka, surian putih (Sumatera); mesal, surian (Kalimantan); alipega, kayu mea, mapala, molopaga (Sulawesi); ajang, feni, jawe, oja, saren, surren, surian (NTT); ai wata, moroa, moroaka, mozoa, tomata (Papua); dan ladeya, uwes, wes (Maluku) (Heyne, 1987).

Tinggi pohon dapat mencapai (40-60) m dengan tinggi bebas cabang (10-25) m, diameter batang 85 cm dan di daerah pegunungan dapat mencapai 300 cm. Termasuk tanaman suka cahaya, berbunga pada bulan Juni sampai dengan Oktober di Jawa dan bulan Mei sampai dengan Juni di Sumatera. Buah mengandung biji yang bersayap, ringan dan mudah tersebar oleh angin. Permudaan alam tergolong sedikit dan tersebar, namun pada tanah yang lembab cukup banyak dan berkelompok. Permudaan buatan dapat dilakukan secara generatif (biji), perkecambahan biji mulai hari ke tujuh setelah penaburan di persemaian dengan daya kecambah 80 %. Permudaan buatan secara vegetatif (stump) berukuran panjang batang (10-15) cm, panjang akar (10-15) cm dan diameter (0,5-1) cm dengan persen tumbuh 89 %.

Hama yang menyerang pada tanaman muda adalah penggerek pucuk Hypsipyla robusta dan penggerek batang Squamura sp.. Penyakit yang menyerang bibit di persemaian adalah Fusarium sp., yang dapat menyebabkan penyakit lodoh. Kematian di persemaian dapat mencapai 20 %. Cara pengendalian dengan fungisida yang mengandung bahan aktif kaptan atau benomil dan apabila sudah menunjukkan gejala layu agar segera di musnahkan supaya penyakit tidak menyebar ke bibit yang lain (Hyne, 1987).

B. Nilai Guna Suren.

Kayu suren termasuk kayu yang bernilai ekonomi tinggi. Kayunya mempunyai corak yang bagus dan mudah dikerjakan. Pada umumnya kayu suren digunakan sebagai bahan furniture, interior ruangan, panel dekoratif, kerajinan, alat musik, papan pembuatan kapal, peti kemas serta konstruksi. Kayunya termasuk klas awet IV – V.

Buah, batang dan akar suren berguna sebagai obat bagi manusia karena mengandung zat aktif yang bersifat antibakterial dan antiviral. Di samping itu juga dapat dimanfaatkan sebagai insektisida alami karena mengandung surenon, surenin dan suren olakton yang merupakan repellant. (Anonim, 1992). Daun suren terutama yang masih muda dapat di konsumsi sebagai sayuran, atau diseduh sebagai teh. Mengandung sekitar 6 % vitamin A, 1 % lemak, 6,6 % karbohidrat dengan kadar abu 1,5 %.

Saat ini suren telah banyak dikembangkan dan menjadi jenis andalan hutan rakyat terutama beberapa propinsi di Indonesia seperti DIY, Sumatera Barat, Sumatera Selatan maupun Sulawesi Selatan (RLPS, 2002).

C. Ruang Lingkup Klon Suren

Ruang lingkup kegiatan penelitian pengujian penyiapan materi klon suren (Toona sinensis, MERR.) melalui teknik kultur jaringan pada tahun 2008 adalah sebagai berikut :

1. Pengambilan bahan vegetatif, seleksi dan preparasi materi klon suren.

Seleksi dilakukan untuk mendapatkan bibit tanaman yang baik dari Temanggung. Preparasi materi klon suren dilakukan dengan pemeliharaan tanaman di rumah kaca agar terbebas dari serangan hama penyakit dan pertumbuhan tanaman dapat terjaga kesuburannya dengan baik. Bagian-bagian tunas, daun dan tangkai klon tanaman ini akan dipergunakan sebagai eksplan perbanyakan kultur jaringan. Pengambilan eksplan dapat dilakukan beberapa kali, dengan demikian mempertahankan tanaman agar tetap tumbuh subur dan bertunas sangat penting.

2. Sterilisasi media dan eksplan dilakukan di laboratorium. Sterilisasi dengan tingkat kontaminasi kultur dan kematian jaringan eksplan terendah merupakan kultur terpilih.

3. Pengujian teknik multiplikasi tunas dinkubasikan di ruang kultur jaringan dengan tingkat kelembaban, temperatur dan intensitas cahaya yang terkontrol sampai didapatkan kultur aseptis.

4. Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan eksplan pada kultur aseptis hingga terbentuk multiplikasi daun.

D. Pengertian dan prinsip kultur jaringan

Perbanyakan secara kultur jaringan merupakan bagian dari bioteknologi yang dikembangkan dalam upaya untuk mendapatkan benih unggul dalam waktu yang relatip singkat. Dengan kegiatan ini sejumlah pohon-pohon mempunyai kualitas unggul dapat dikembangkan dalam jumlah tak terbatas.

Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya sedangkan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yangmempunyai sifat seperti induknya. (Suryowinoto, 1991)

Kultur jaringan juga disebut dengan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman, seperti sel, sekelompok sel, jaringan, organ, protoplasma serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dab beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Kultur jaringan dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah besar dan dalamwaktu yang singkat dengan sifat dan kualitas yang sama dengan tanaman induk. ( Gunawan L. W 1992 )

Teknik kultur jaringan umumnya didasarkan atas konsep yang dikemukakan Schleiden dan Schwan yang dinamakan totipotensi sel. Artinya secar teoritas tiap-tiap sel dari mana saja yang diambil akan mampu tumbuh menjadi tanaman yang sempurna, apabila diletakkan dalam lingkungan yang sesuai. Semua sel didalam tumbuhan mempunyai susunan genetik yang sama. Oleh karena itu jika di isolasi suatu sel atau potongan jaringan dari organ tumbuhan dan membiarkan sel-sel potongan jaringan membelah, memperbanyak dan berdiferensiasi pada medium buatan secara steril untuk membentuk suatu tanaman baru maka akan dihasilkan tanaman baru yang mempunyai sifat genetik yang identik dengan tanaman induk.

Pertumbuhan dan perkembangan dari kegiatan kultur jaringan di pengaruhi oleh sejumlah faktor yang komplek yaitu:

1. Bahan Tanam

Budidaya jaringan tanaman dimulai dari pemilihan eksplan antara lain menyangkut bagian organ yang dipakai, umur dan kondisi tanaman, kemungkinan besarnya persentase kontaminasi dan cara sterilisasi, mudah tidaknya bahan didapat dari besarnya potongan jaringan.

Penelitian tentang kultur jaringan tanaman keras pada umumnya ditujukan untuk perbanyakan klon untuk penediaan eksplan. Karena pohon atau tanaman keras pada umumnya memiliki jaringan telah tua meskipun di beberapa bagian ada yang bersifat meristematis. Untuk itu eksplan yang umum digunakan adalah seedling yang dikecambahkan secara steril. Sedling yang dikecambahkan secara steril digunakan sebagai sumber eksplan. Yang biasanya dipakai adalah embrio, ujung atang, tunas axiler, kotiledon dan sebagainya.

Faktor-faktor bahan tanam yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan dalam pembiakan kultur jaringan antara lain :

a. Umur tanaman

Jaringan yang embrionik umumnya mempunyai daya memperbanyak diri yang tinggi. Semakin tua tanaman semakin turun daya memperbanyak dirinya

b. Umur jaringan atau organ

Jaringan tanaman yang muda, lunak (tidak berkayu) pada umumnya lebih mudah untuk dibiakkan dari jaringan yang tua dan berkayu.

c. Kondisi media tanam

Kondisi media tanam mempunyai pengaruh yang besar dalam pembelahan sel dan regenerasi dalam tabung. Pada umumnyabagian vegetatif dari tanaman lebih siap jika disiapkan dalam tabung dibandingkan bagian generatif dari tanaman

d. Ukuran eksplan

Untuk menginduksi pertumbuhan dari bahan yang kecil seperti sel, kumpulan sel, dan jaringan meristem, lebih sulit bila dibandingkan dengan bagian tanaman yang ukurannya lebih besar seperti tunas atau embrio. Karena akan lebih mudah terinduksi dalam pertumbuhannya dan perbanyakannya mengingat kandungan cadangan makanan dan hormon lebih banyak.

(Pierik 1987)

2. Keadaan Aseptik

Salah satu faktor pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adalah kontaminasi yang dapat terjadi setiap saat dalam masa kultur. Kontaminasi dapat dari eksplan baik internal maupun eksternal, organisme kecil yang masuk dalam media, air yang digunakan, botol kultur atau alat-alat tanaman yang kurang steril lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor (spora di udara), kecerobohan dalam pelaksanaan. Dengan demikian sterilisasi merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan kultur jaringan. Sterilisasi yang utama harus dilakukan adalah sterilisasi ruang, alat dan bahan.(Pierik 1987)

3. Medium Tumbuh

Salah satu keberhasilan kultur jaringan adalah pemberian nutrisi dalam jumlah dan perbandingan yang sesuai pada medium budidaya.medium tanam harus semua berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan. Bahan, hahan yang diramu berisi campuran garam mineral sumber unsur makro dan unsur mikro, gula, protein, vitamin, dan hormon tumbuh. Formula garam-garam anorganik dari Murashige dan Skoog (MS) merupakan media yang sangat efektifuntuk berbagai jenis tanaman berkayu. Medium MS lebih banyak dipakai karena unsur-unsur dan persenyawaannya lebih lengkap. (Suryowinoto, 1991)

4. Lingkungan Fisik Kultur Jaringan

Kondisi yang optimum diperlukan untuk keberhasilan kultur jaringan. Kondisi ini meliputi suhu,cahaya, temperatur, kelembaban, dan pH. Kisaran suhu yang palng umum dugunakan 25-27o C. Kelembaban udara ruang tumbuh biasanya dijaga agar tetap 70 %. Intensitas cahaya menurut Murasige (1974) dibagi menjadi 3 fase yaitu fase I : saat pekerjaan dimulai, intensitas yang diperlukan berkisar antara 1.000-3.000 lux ; fase II dan III : saat berlangsungnya proses perbanyakan tunas digunakan penyinaran selama 16 jam dalam sehari. (Pierik 1987)

5. Substansi Organik

Hormon tanaman adalah suatu senyawa organik yang disintesis dalam suatu bagian tanaman, kemudian diangkut kebagian tanaman yang lain yang pada konsentrasi sangat rendah akan menyebabkan suatu dampak fisiologis. Hormon yang biasa digunakan adalah auksin, sitokinin, dan giberalin.(lakitan, 1996)

6. Vitamin

Vitamin merupakan bahan kimia organik. Vitamin yang sering dugunakan dalam media kultur jaringan adalah Thiamine (Vitamin B1), asam nikotinik dan pyridoxine (Vitamin B6). Thiamin merupakan vitaminyang esensial dalam kultur jaringan. Bahan-bahan organik umumnya peka terhadap suhu tinggi dan cahaya, selai itu zat organik dalam bentuk larutan mudah mengalami perubahan. Vitamin berfungsi sebagai katalisator dalam sistem enzim dan dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar